Social Icons

Kamis, 28 Februari 2013

Kreator







Setelah Kepulangan Nahkoda

  Sore itu aku menulis sesuatu tentang apa yang aku rasakan. Seperti para remaja lainnya, sebuah perasaan cinta untuk seseorang yang aku rindukan tentunya. Saat itu umurnya masih 17 th lebih muda dua tahun dariku, Evi namanya. Tapi aku memanggilnya kurus karena dia selalu memanggilku gendut. Tak bermaksud untuk merubah nama masing-masing di antara kami, itu hanya panggilan akrab.

Minggu pagi di pelabuhan gresik kami janjian untuk bertemu, aku memilih tempat itu bukan karena kurus datang naik kapal, tapi karena laut banyak mengajarkanku tentang ombak-ombaknya, tentang betapa luasnya dunia, dan juga nahkoda-nahkoda yang selalu akrab padanya.

“aku dwi, yang sekarang sedang seperti ikan-ikan di laut, yang harus mencari makan,dan kadang harus berani ambil resiko saat makanan itu adalah umpan seorang pemancing”, gumamku dalam hati. “woy, lagi nunggu kapal? Atau lagi nunggu seseorang?”. Pertanyaan itu mengatur bibirku seakan membentuk simbol kebahagian. Yah.. itu suara si kurus evi !!! aku langsung berlari menuju kurus untuk segera memeluknya, rasa rindu ini seakan mendorongku untuk berlari cepat menuju kurus.

“grobyaaaak”,aaaah !!! aku terjatuh beberapa meter di hadapannya. “hahaha.. dasar gendut, makanya hati-hati kalau lari. kamu itu bukan pelari profesional, Tapi aku harus akui kalau kamu ini adalah mantan profesional” kata evi, sambil mendekat untuk menolongku.

Yah.. evi bukan hanya orang yang aku kagumi, tapi dia adalah mantanku, dia pernah menjadi lautku. Dan tentunya aku sebagai nahkodanya” apa kabarmu ndut? Baik kan?”tanya evi.

“Ohhh jelas dong! Tak pernah pernah sebaik ini malahan” sahutku singkat.

“belajar romantis dari mana?”tanya evi nyindir. Iya nyindir, menurutnya.. aku bukanlah orang yang akrab dengan suasana romantis. “romantis? Apanya yang romantis?. Jawabku atas pertanyaannya. “ini hari valentine ndut, tau valentine kan? Aku ngerasa romantis aja, dengan suasana pelabuhan di hari valentine, aku bisa ketemu nahkodaku.. ya walaupun, mungkin kini sudah berlayar di laut yang lain”. Kata evi sambil tersenyum seperti kapal yang sesekali di hantam ombak besar, indah dan tetap tegar.

Valentine, tidak banyak yang aku tahu dari valentine. Yang aku tau hanyalah banyak pasangan yang merayakannya valentine. Entah hari ini berasal dari mana ataupun atas kesepakatan siapa ada hari valentine.

1 tahun lebih aku tidak bertemu dengan evi, tidak mungkin aku menyia-nyiakanya begitu saja, apalagi kurus bilang dia meerasa romantis bisa menikmati suasana pelabuhan di hari valentine. “oiya ndut, kamu sekarang suka nulis ya katanya.. Nulis apa? Cerpen? Puisi? Atau novel ? wah Hebat yah kamu sekarang.. pasti banyak cewek yag suka kamu, atau mungkin kamu sekarang sudah punya pacar ya? Siapa namanya? Anak mana? Kenalin aku dong..boleh kan aku kenal dia? Boleh yaaaah ?”

“huussssssssss..kamu ini cerewet banget sih, tanya kok di jawab sendiri..” jawabkku memotong segudang pertanyaan evi.

“Sebentar, kata siapa aku suka nulis?” tanyakku.

Evi mengeluarkan setumpuk kertas dari dalam tasnya "lihat ini, aku bawah apa” kata evi.

“haha kamu ada-ada saja, bawa tas cuma isi kertas-kertas seperti ini” sekejap aku berhenti berkata, kertas-kertas itu adalah surat-surat cintaku untuknya yang selau aku pendam di bawah pohon yang aku tanam bersama evi dulu saat masih pacaran. Surat-surat itu tidak benar-benar aku kirim kepadanya, karena memang aku tidak punya nyali untuk kembali ke masalalu, ke laut ku dulu.

“ibumu yang mengirimnya untuk ku. Kenapa kok bukan kamu sendiri ya? Atau jangan-jangan ini tidak benar-benar buat aku yah? aku pamit sajalah kalau gitu. Terimakasih sudah mau bertemu aku ya ndut” evi pergi dan membuang surat-surat itu.

“Tunggu !! tunggu dulu.. evi !! tunggu dulu !!”

Evi berhenti dan berkata “ tidak ada lagi yang perlu di jelaskan, ini bukan cerita di film yang bisa di klarifikasi begitu saja setelah ada kekecewaan, ini nyata!!! ”

Aku langsung berlari menyusulnya, sambil ku pegang tangannya aku berkata “beberapa orang merayakan valentine dalam artian masing-masing, beberapa orang menganggap valentine adalah moment penting, kasih sayangkku untukmu tak pernah hilang, dan hari ini aku ingin valentine yang merayakan kebahagian kita. Mau kah kau kembali menjadi lautku??? Karena aku sadar, melihat kebelakang adalah hak dari nahkoda. Tidak ada yang melarang aku kembali untuk masa lalu”

Evi tersenyum, dan kemudian memeluk ku sambil berkata “jadikan aku lautmu, tetaplah tegar saat ombak dan badai datang menyapamu”

“Selamat hari kasih sayang, biarkan valentine selalu merayakan kebahagiaan kita” yah itulah tulisan terakhir di film buatan Dwi mantan Evi. film itu di buat oleh dwi untuk kado di hari jadiannya, Dwi telah tiada 4 tahun yang lalu. aku dan Evi kekasihku rutin menontonnya setiap datang valentine untuk mengenang kepergian Dwi.

”Kamu yang sabar ya sayang, mungkin aku tak bisa seperti dwi. Tapi aku ingin menjadi dermaga, yang selalu bersentuhan dengan laut, Evi lidia.. aku sayang kamu” kataku sambil mengusap air mata yang jatuh di pipinya.

“kamu tak perlu menjadi dermaga, kamu cukup menjadi daratan sayang, karena aku ingin menjadi pohon yang tumbuh subur karenamu, Teguh kurniawan... aku juga sayang kamu”


IAP-GM





Tidak ada komentar:

Posting Komentar